Linguistik umum
(Makna Idiom dan Peribahasa)
Dosen Pengampu
Dr. H. MASKUB, M.H
Oleh:
BISARUL IHSAN
15.062.101.0229
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
PASCASARJANA
2016
MAKNA
IDIOM DAN PERIBAHASA
A.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam berkomunikasi,
dibutuhkan bahasa sebagai alat
untuk berkomunikasi yang disepakati oleh masyarakat pengguna
bahasa itu sendiri. Dikarenakan hal tersebut dapat dibuat batasan mengenai pengertian bahasa, bahwa “Bahasa adalah alat untuk menyampaikan
sesuatu ide, pikiran, hasrat dan
keinginan
kepada orang lain” (Sutedi,2003:2). Selain itu,
dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada disekitar manusia seperti peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan
sebagainya, mendapat tanggapan
dalam pikiran manusia, disusun
dan
diungkapkan
kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.
Bahasa mempunyai keterikatan dan
keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam
kehidupannya di masyarakat,
kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah,
maka
bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Bahasa adalah
satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang
keberadaan
manusia
itu
sebagai makhluk
yang berbudaya
dan bermasyarakat.
Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.
Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan makna. Oleh
sebab itu, mempelajari bahasa termasuk didalamnya mempelajari makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan bahasa yang baik dan benar.
Minat terhadap bahasa dan masalah-masalah
linguistik praktis secara terpisah
mengarah ke ilmu linguistik yang lebih dari satu pusat peradaban. Masing-masing
memiliki keunggulan dan pencapaiannya sendiri, dan dalam gerak perkembangaan
sejarah masing-masing telah menyentuh tradisi linguistik Eropa dan memberi
sumbangan kepada tradisi tersebut. Akan tetapi karena dalam zaman ini ilmu
Eropa telah menjadi ilmu dunia, dan linguistik bukan merupakan pengecualian
dalam hal ini, kita dapat menelusuri
sejumlah besar aliran kajian linguistik yang mengalir dalam tradisi Eropa dan
menjadi bagian dari tradisi itu pada zaman yang berbeda-beda, sehingga
membentuk ilmu linguistik sebagaimana yang dikenal dunia sekarang ini (Robins,
1995:7). Salah satunya adalah linguistik tradisional.Salah satu objek kajian semantik yaitu makna idiom.
Idiom mempunyai peranan
penting dalam komunikasi sehari-hari. Idiom hadir setiap saat manusia berkomunikasi
antara satu dengan yang lain dalam kegiatan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan.
Abdul Chaer (1984:74) mengatakan bahwa idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Selain itu, Gorys Keraf (1985:109)
menyatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan
secara logis atau secara gramatikal, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Harimurti Kridalaksana (1982:62)
menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Fatimah Djajasudarma (1993:16) menyatakan makna idiomatik adalah makna leksikal
terbentuk dari
beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi
kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya.
2. Tujuan
Penulisan
a.
Untuk mendiskripsikan makna-makna idiom.
b.
Untuk mengetahui fungsi makna idiom.
c.
Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan dalam
idiom dan peribaha
B. PEMBAHASAN
1.
Makna Idiom
a.
Pengertian Makna Idiom
Ungkapan
atau idiom merupakan gabungan kata yang memiliki makna yang bukan makna dari
unsur kata-kata pembentuknya. Artinya ungkapan memiliki makna baru setelah dua
kata atau lebih menyatu. Arti kata (makna) dalam sebuah idiom tidak bisa
ditafsirkan dengan menerjemahkan unsur-unsur penyusunnya. Dalam Bahasa Inggris,
idiom atau ungkapan dikenal dengan istilah idiomatic phrase. Ungkapan dalam
tatanan Bahasa Indonesia menduduki fungsi sebagai pelengkap predikat.
Ungkapan
atau idiom seringkali digunakan dalam kalimat kiasan agar penyampaian
makna lebih berkesan. Sering kali juga pemilihan diksi dengan ungkapan
digunakan untuk menyampaikan sesuatu, seperti berita, perasaan, nasihat, dan
lainnya. Sebagai contoh ungkapan atau idiom ialah buaya darat. Ungkapan buaya
darat memiliki makna yaitu lelaki yang suka merayu wanita.
Ungkapan buaya darat ialah makna yang bukan sesungguhnya (denotasi), yang berarti ungkapan buaya darat bukanlah buaya yang tinggal di darat, namun idiom buaya darat memiliki makna tersendiri yang sangat berbeda dengan makna unsur kata penyusunannya. Dengan demikian, idiom atau ungkapan dapat dibentuk dari gabungan kata yang dapat digunakan sebagai penggambaran makna yang ingin diungkapkan. Oleh karena itu idiom termasuk diksi konotasi.
Ungkapan buaya darat ialah makna yang bukan sesungguhnya (denotasi), yang berarti ungkapan buaya darat bukanlah buaya yang tinggal di darat, namun idiom buaya darat memiliki makna tersendiri yang sangat berbeda dengan makna unsur kata penyusunannya. Dengan demikian, idiom atau ungkapan dapat dibentuk dari gabungan kata yang dapat digunakan sebagai penggambaran makna yang ingin diungkapkan. Oleh karena itu idiom termasuk diksi konotasi.
Dibawah
ini akan diberikan contoh ungkapan atau idiom berikut artinya, yang mungkin sudah
tidak asing ditelinga kita.
1)
Lintah darat: rentenir
2)
Hidung belang : genit
3)
Meja hijau : pengadilan
4)
Kembang desa : gadis yang paling cantik
disuatu desa
5)
Besar kepala: sombong
6)
Kecil hati : minder
b.
Berdasarkan makna unsur pembentuknya,
ungkapan dapat dikelompokkan menjadi dua macam :
1) Ungkapan
penuh (idiom penuh) berupa kata ataupun frasa yang maknanya tidak tergambar
pada unsur-unsurnya.
Contoh:
Kita tidak boleh menjual gigi ketika mengunjungi korban lumpur panas.
menjual gigi = tertawa keras-keras
Kita tidak boleh menjual gigi ketika mengunjungi korban lumpur panas.
menjual gigi = tertawa keras-keras
2)
Ungkapan sebagian (idiom sebagian)
berupa kata atau frasa yang maknanya masih tergambar dalam makna unsur
pembentuknya.
Contoh:
Kampung Kedungbendo seperti desa mati karena gelap gulitadan sunyi.
gelap gulita = gelap sekali
Kampung Kedungbendo seperti desa mati karena gelap gulitadan sunyi.
gelap gulita = gelap sekali
c. Berdasarkan kata yang membentuknya, ungkapan dapat
dibagi menjadi tujuh macam:
1)
Ungkapan dengan bagian tubuh
Contoh:
Masyarakat Porong bahu-membahumembersihkan lumpur di jalan dan desa.
bahu-membahu = bergotong-royong
Masyarakat Porong bahu-membahumembersihkan lumpur di jalan dan desa.
bahu-membahu = bergotong-royong
2)
Ungkapan dengan indra
Contoh:
Meskipun jauh di mata, tetapi aku dapat merasakan penderitaan penduduk Kedungbendo.
jauh di mata = terpisah jauh
Meskipun jauh di mata, tetapi aku dapat merasakan penderitaan penduduk Kedungbendo.
jauh di mata = terpisah jauh
3)
Ungkapan dengan warna
Contoh:
Bantuan bagi korban lumpur panas dibuatkan perjanjian hitam di atas putih agar dapat dimintakan pertanggungjawaban jika terjadi penyelewengan.
hitam di atas putih = dibuatkan secara tertulis
Bantuan bagi korban lumpur panas dibuatkan perjanjian hitam di atas putih agar dapat dimintakan pertanggungjawaban jika terjadi penyelewengan.
hitam di atas putih = dibuatkan secara tertulis
4)
Ungkapan dengan nama benda-benda alam
Contoh:
Banyak korban lumpur panas yang tidak masuk buku untuk mendapatkan dana dan bantuan.
tidak masuk buku = tidak masuk dalam hitungan
Banyak korban lumpur panas yang tidak masuk buku untuk mendapatkan dana dan bantuan.
tidak masuk buku = tidak masuk dalam hitungan
5)
Ungkapan dengan bagian-bagian tumbuhan
Contoh:
Wilayah desa Kedungbendo dibatasi dengan batang air.
batang air = sungai
Wilayah desa Kedungbendo dibatasi dengan batang air.
batang air = sungai
6)
Ungkapan dengan nama binatang
Contoh:
Coba hindari adu domba jika menyelesaikan kasus ini!
adu domba = menjadikan pertengkaran
Coba hindari adu domba jika menyelesaikan kasus ini!
adu domba = menjadikan pertengkaran
7)
Ungkapan dengan kata-kata yang menunjuk bilangan.
Contoh:
Dampak luapan lumpur membuat masyarakat mendua hati.
mendua hati = bimbang, ragu
Dampak luapan lumpur membuat masyarakat mendua hati.
mendua hati = bimbang, ragu
2.
Peribahasa
a.
Pengertian Peribahasa
Peribahasa
adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan
seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai
diri seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat,
tamsil. (Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu-Zain (1994).
Peribahasa
merupakan ungkapan yang walaupun tidak langsung namun secara tersirat
menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami oleh pendengarnya atau pembacanya
karena sama-sama hidup dalam ruang lingkup budaya yang sama.
Peribahasa
merupakan susunan kata-kata yang teratur, sedap didengar dan cukup bermakna. Peribahasa
dibentuk atau dicipta berdasarkan pandangan dan perbandingan yang teliti
terhadap alam sekeliling dan peristiwa-peristiwa yang berlaku dalam
masyarakat. Oleh sebab peribahasa dibentuk dengan satu ikatan bahasa yang
indah dan padat, maka melekatlah peribahasa itu di mulut orang ramai
turun-temurun.
Contoh:
1)
Belum bertaji hendak berkokok. Artinya :
Belum berilmu/kaya/berkuasa sudah hendak menyombongkan diri.
2)
Belum beranak sudah ditimang. Artinya :
Belum berhasil, tetapi sudah bersenang-senang lebih dulu.
3)
Berat sama dipikul, ringan sama
dijinjing. Artinya : Bersama-sama dalam suka dan duka, baik buruk sama-sama
ditanggung.
4)
Biarkan anjing menggonggong, kafilah
tetap berlalu. Artinya : Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak
boleh putus asa.
b.
Fungsi Peribahasa
Fungsi
peribahasa dalam masyarakat kita boleh lihat dalam beberapa aspek seperti yang
dijelaskan di bawah.
1) Mewujudkan
keseronokan dalam pergaulan
Kerseonokan dalam pergaulan menunujkkan individu
yang terlibat dalam pergaulan tersebut merasa gembira dan selesa semasa
bergaul. Kadang-kandang terdengar tawa dan wajah yang ceria sentiasa
ditunjukkan. Keseronokan dalam komunikasi berlaku apabila kesefahaman wujud dan
terselit unsur humor di dalamnya. Unsur humor ini boleh ditunjukkan dengan
adanya penggunaan perumpamaan yang sedikit jenaka tetapi tidak keterlaluan.
Berikut beberapa contoh peribahasa atau perumpamaan yang boleh digunakan dalam
pergaulan untuk tujuan menimbulkan keseronokan.
Dalam pergaulan, keseronokan boleh timbul apabila
ada pujian yang ikhlas dan jujur di antara individu yang terlibat. Contohnya
anda dan sahabat anda baharu sahaja pulang dari kelas mengaji. Secara jujurnya
anda ingin memuji kelunakan suara sahabat anda yang begitu pandai mengaji. Maka
anda boleh mengatakan “Amin suara kamu merdu bagai bulu perindu”. Perumpamaan
ini bermaksud pujian yang berkias dengan bahasa yang lebih lembut dan
menyeronokan.
Mungkin anda juga mahu bergurau dengan sahabat anda
dalam majlis yang kamu hadiri. Selesai sahaja makan dan merasa kenyang anda
meminta izin pulang dengan sedikit gurauan dalam komunikasi. Gurauan seperti
ini mungkin anda boleh gunakan, “Kamal saya mahu pulang, saya seperti pacat
kenyang”. Gurauan ini bermaksud anda pulang tergesa-gesa selepas sahaja makan
dengan kenyang. Mungkin anda ada hal penting yang ingin diselesaikan. Mendengar
ungkapan ini rakan-rakan anda pasti gelak bukan bertujuan menyindir tetapi
seronok kamu berbahasa dengan menggunakan kiasan.
2) Memberi
nasihat
Perumpamaan juga boleh digunakan dalam memberikan
nasihat. Penggunaan perumpamaan dalam memberi nasihat bertujuan untuk
menyedarkan seseorang dengan membandingkan perbuatannya dengan sesuatu benda
yang mujud. Keadaan ini sebenarnya lebih berkesan kerana orang yang menerima
nasihat akan sedar tentang kelemahan atau perbuatan yang tidak baik dia lakukan
umpama benda yang digambarkan dalam peribahasa. Contohnya, mungkin anda mahu
menasihatkan kawan anda supaya memberi didikan kepada anak bermula dari kecil
lagi supaya sasiahnya boleh dibentuk dengan lebih mudah. Anda akan berkata
dengan perumpamaan “kalau menasihatkan kanak-kanak biarlah bermula dari mereka
kecil, bak kata pepatah melentur buluh dari rebungnya”. Setelah menilai nasihat
anda, memang benar rebung mudah dilentur sebelum menjadi buluh yang dewasa.
Begitu juga dangan kanak-kanak, mereka lebih mudah dibentuk sebelum menjadi
dewasa. Setelah membandingkan benda konkrit dalam peribahasa tersebut iaitu
‘rebung’ dengan ‘kanak-kanak’ maka kawan anda akan lebih sedar supaya memberi
nasihat yang terbaik kepada anak-anak sejak mereka kecil kerana mereka lebih
mudah dinasihati pada waktu umur yang muda.
3) Menyindir
dengan sopan
Perumpamaan juga boleh digunakan untuk menyindir
dengan sopan. Menyindir dengan sopan bertujuan untuk menegur seseorang dengan
bahasa yang bertapis supaya tidak keterlaluan tetapi memberikan mesej yang
tajam. Menyindir dengan sopan menandakan seseorang itu bijak menggunakan bahasa
supaya mesej yang disampaikan berkesan dan orang yang mendengarnya dapat memperbetulkan kesilapannya.
Perumpamaan yang sederhana dan bersifat praktikal boleh digunakan supaya
maksudnya betul-betul sampai kepada penerima. Contoh perumpamaan yang digunakan
untuk menyindir seseorang adalah seperti situasi yang berikut. “Akmal kamu
tidak akan dapat kahwin sekiranya terus duduk diam seperti Mat Jenin, pergilah
bekerja”. Sindiran seperti ini boleh menyedarkan seseorang supaya bertindak
untuk mendapatkan keinginannya.
4) Menyatakan
pendirian yang tegas
Perumpamaan juga boleh digunakan untuk menyatakan
pendirian yang tegas dengan menggunakan pemilihan kata dan kiasan yang memberi
kesan yang sangat mendalam. Kadangkala kita mahu menyatakan pendirian dengan
menggunakan kata putus yang biasa diungkapkan, namun kata putus ini lebih jelas
dan tegas sekiranya disertakan dengan perumpamaan. Contohnya, perumpamaan
“seperti berkerat rotan berpatah arang” yang bermaksud memutuskan tali
persahabatan atau persaudaraan dengan niat tidak mahu menyambungkannya semula.
Perumpamaan yang dibayangkan dengan kiasan berkarat rotan dan berpatah arang
cukup jelas bahawa pendirian yang dibuat itu adalah sungguh-sungguh dan tegas.
Secara keseluruhannya, peranan perumpamaan sangat
jelas dalam mendidik masyarakat. Perumpamaan yang tergolong dalam peribahasa
perlu dipraktikkan supaya tidak hilang ditelan zaman kerana perumpamaan
merupakan khazanah bahasa yang tidak ternilai harganya. Generasi baharu perlu
sedar bahawa perumpamaan bukanlah kata-kata yang biasa tetapi merupakan
ketertinggian permikiran. Za’ba pernah menyatakan bahawa peribahasa merupakan
lidah pendeta. Pernyataan ini jelas menggambarkan nilai dan ilmu yang
terkandung dalam perumpamaan itu. Dengan hal yang demikian, perumpamaan ini
juga perlu diajar di sekolah dengan sungguh-sungguh kerana perumpamaan yang
termasuk dalam peribahasa merupakan salah satu karya sastera yang perlu
dihayati seperti mana yang dikehendaki dalam sukatan pelajaran bahasa Melayu.
Bagi memupuk minat terhadap perumpamaan, berikut
merupakan beberapa himpunan perumpamaan yang boleh kita mula praktikkan dalam pertuturan
seharian dan juga dalam penulisan.
Seperti
ayam tambatan (orang yang berani)
Seperti
anak muda jolong berkeris (keghairahan seseorang untuk menggunakan sesuatu yang
baharu diperolehinya)
Seperti
anjing dengan bayang-bayang (orang yang sangat tamak selalu rugi)
Seperti
belut pulang ke lumpur (anak kampung pulang ke tempat asalnya)
Seperti
belanda minta tanah (mula-mula minta sedikit tetapi akhirnya ingin memiliki
semua)
Seperti
bersaksi ke lutut (bersaksi kepada keluarga dendiri)
Seperti
berkerat rotan berpatah arang (memutuskan tali persahabatan atau persaudaraan
dengan niat tidak mahu menyambungkannya semula)
Seperti
buluh perindu (suara yang sangat merdu)
Seperti
durian dengan timun, menggolek binasa, kena golekpun binasa (orang yang lemah
dan tidak berupaya hendak menentang orang yang kuat dan berkuasa.)
Seperti
duri dalam daging (menanggung beban masalah yang sukar diatasi. Lama-kelamaan
masalah itu semakin berat dan mendatangkan mudarat)
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ungkapan atau idiom merupakan gabungan
kata yang memiliki makna yang bukan makna dari unsur kata-kata pembentuknya.
Artinya ungkapan memiliki makna baru setelah dua kata atau lebih menyatu.
Berdasarkan makna unsur pembentuknya,
ungkapan dapat dikelompokkan menjadi dua macam : yaitu idiom penuh dan idiom
sebagian.
Berdasarkan kata yang membentuknya, ungkapan dapat dibagi menjadi tujuh macam: (1) Ungkapan
dengan bagian tubuh, (2) Ungkapan dengan indra, (3) Ungkapan dengan warna, (4) Ungkapan dengan nama benda-benda alam, (5)
Ungkapan dengan bagian-bagian tumbuhan, (6) Ungkapan dengan nama binatang, (7)
Ungkapan dengan kata-kata yang menunjuk bilangan.
Daftar Pustaka
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik edisi ketiga. Bandung: ITB Bandung.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta:
PT Tiara Wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar