PENGARUH
STIMULASI IBU TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA BATITA
DI DESA BUMIREJO KECAMATAN KEPOHBARU
KABUPATEN BOJONEGORO
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
BISARUL IHSAN
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa
anak tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang
dianut. Ada tiga pandangan yang telah dikemukakan oleh para pakar, yakni
pandangan nativisme, pandangan behaviorisme dan pandangan kognitivisme (Chaer,
2009: 221). Namun penulis menganut pandangan behaviorisme, karena kaum
behaviorisme menekankan proses perkembangan bahasa pertama dikendalikan dari
luar si anak, yakni oleh rangsangan (stimulus) yang diberikan melalui
lingkungan (Chaer, 2009:222).
Kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak
diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima
pasif dari tekanan lingkungannya. Proses perkembangan bahasa terutama
ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Rangsangan
(stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak (Chaer,
2009:223).
Tahap perkembangan bahasa bayi dibagi menjadi dua,
yaitu Tahap perkembangan artikulasi dan tahap perkembangan kata dan kalimat
(Chaer, 2009:230). Bayi sangat memiliki hubungan erat terhadap ibunya. Sehingga
apapun yang dilakukan ibu akan berdampak pada perkembangan si bayi. Pada
dasarnya seseorang hanya sadar jika anaknya sudah bisa berbicara, namun pada
kenyataannya banyak yang belum mengerti apakah stimulasi yang ia terapkan
terhadap anak sudah cocok dan dapat memacu si anak agar cepat dalam berbicara.
Cara merangsang bicara anak adalah dengan mengajak si
anak berbicara sesering mungkin, mengajak bernyanyi, dan membacakan cerita anak
(Depkes, 2009:44). Dengan begitu anak bisa terangsang daya pikirnya sehingga
memicu tingkat perkembangan bahasanya.
Penelitian ini berupaya menyajikan sebuah stimulasi ibu terhadap anak. Stimulasi yang kreatif, inovatif, seimbang,
dan sesuai dengan tahap perkembangan anak akan menciptakan interaksi dan
situasi komunikasi yang memberi kontribusi positif terhadap keterampilan berbahasa
anak
Hal ini perlu dipikirkan oleh para ibu karena
kecepatan berkomunikasi akan berpengaruh pula terhadap tingkat perkembangan
yang lain, seperti berhitung, menyebutkan warna, dan menyebutkan gambar. Jika
anak cepat dalam berkomunikasi ia juga akan lebih terampil dalam bergaul dengan
teman seusianya.
Stimulasi yang baik memang patut untuk diterapkan
kepada anak, sejak anak masih berusia dini sampai dewasa nanti. Pada periode batita
anak harus diajak berkomunikasi secara terus menerus, karena di usia ini anak sudah
pandai dalam menerima stimulasi ibu, juga responnya lebih cepat dalam menangkap
perkataan ibu.
Banyak penelitian-penelitian mengenai perkembangan
bahasa yang sudah dilakukan, namun hanya sebatas mengukur tingkat perkembangan
bahasa si anak saja, bukan mengetahui apakah stimulasi ibu ada kaitanya dengan
perkembangan bahasa anak tersebut.
Maka dari itu penelitian ini akan membahas tentang
bagaimana bentuk stimulasi ibu, bagaimana bentuk perkembangan bahasa anak dan
ingin mengetahui bagaimana pengaruh stimulasi ibu terhadap tingkat perkembangan
bahasa anak pada usia batita.
Melihat hal tersebut akhirnya penulis berkeinginan
untuk mengetahui apakah stimulasi ibu memiliki peranan terhadap tingkat perkembangan
bahasa anak, dan menamakan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Stimulasi Ibu Terhadap Tingkat Perkembangan Bahasa Anak Usia
Batita di Desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti kemukakan dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk stimulasi ibu terhadap tingkat perkembangan
bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana bentuk perkembangan bahasa anak usia batita
di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?
3. Bagaimana pengaruh stimulasi ibu terhadap tingkat
perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?
1.3. Tujuan
penelitian
Berdasarkan rumusana masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk stimulasi ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia
batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
2. Mendeskripsikan bentuk perkembangan bahasa anak usia
batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
3. Mendeskripsikan pengaruh stimulasi ibu terhadap perkembangan
bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
1.4. Manfaat penelitian
1.
Manfaat teoretis diharapkan dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam upaya
meningkatkan daya perkembangan bahasa anak.
2.
Manfaat praktis
1). Bagi Peneliti
Menambah wawasan baru dalam menerapkan stimulasi terhadap tingkat perkembangan bahasa anak.
2). Bagi ibu
Dapat meningkatkan peran dalam menstimulasi perkembangan bahasa anaknya.
3). Bagi Masyarakat
Dapat membantu dalam peningkatan stimulasi anak yang baik.
1.5. Definisi Operasional
1. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya
dari luar individu.
2.
Perkembangan
bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya.
3.
Pengaruh
adalah kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, seperto orang, benda yang
turut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
4.
Ibu
adalah seorang yang melahirkan manusia (baru) serta mempunyai kewajiban mengasuh
dan secara langsung memberi pengetahuan bahasa pada anak.
5.
Anak
adalah belahan jiwa atau anugerah yang
secara khusu diberikan Tuhan kepada setiap ibu, dan merupakan amanah yang harus
dirawat dan diasuh dengan baik.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1. Stimulasi
2.1.1. Definisi
Stimulasi
Stimulasi adalah
perangsangan yang datangnya dari luar individu. Anak-anak yang mendapatkan
stimulasi akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak-anak yang tidak atau
kurang mendapatkan stimulasi.pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya. Pada awal perkembangan anak berada pada tahap sensorik
motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperhatikan aktivitas
motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi bermain
mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting selama
bulan-bulan awal kehidupan sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan
sesuatu sendiri (Ari Dwijaya dalam Hurlock 1995).
2.1.2. Bentuk
Stimulasi Ibu
Perkembangan
bahasa termasuk didalam perkembangan intelektual atau dikenal juga sebagai
perkembangan kognitif. Beberapa cara berikut ini yang dapat dilakukan untuk
mendorong perkembangan intelektualitas anak sehingga perkembangan bahasa anak
terutama pada usia batita akan lebih baik (Ari Dwijaya dalam Thompson 2003):
a.
Pandanglah
wajah anak saat kita berbicara dengannya dan gunakan kalimat yang singkat dan
sederhana.
b.
Dengarkan
ketika ia sedang berbicara dan biarkan ia menyelesaikan kalimatnya.
c.
Doronglah
anak untuk bercakap-cakap dengan mainannya (boneka, robot dan lain sebagainya).
d.
Ketika
bepergian, jelaskan berbagai hal seperti: “ada mobil merah”, “burung bisa
terbang”.
e.
Lihatlah
buku bersama-sama dan jelaskan perbuatan si karakter dalam buku tersebut.
f.
Kembangkan
yang diucapkan anak, misalnya anak berkata “kunci” katakana “kunci untuk
membuka pintu” atau ketika anak berkata “hidung” katakana “hidung untuk mencium
nak..”.
g.
Dorong
anak untuk mendengarkan bunyi yang terus menerus, misalnya menyalakan radio
atau televisi sepanjang hari. Karena stimulasi auditory merupakan cara terjitu
untuk membantu perkembangan mental dan emosional si kecil. Dan anak menjadi
cepat dalam menangkap suatu perkataan lawan bicaranya (Olivia & Ariani,
2012:84). Acara radio dan televisi boleh dipakai untuk topik pembicaraan,
tetapi tetap luangkan waktu tenang bersama si kecil dengan membacakan buku dan
bercakap-cakap.
Stimulasi
sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan anak,
misalnya: ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan,
menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton televisi, didalam
kendaraan dan menjelang tidur (Hastuti, 2012:107).
2.2. Perkembangan
bahasa
2.2.1. Definisi
Bahasa
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi.
Menurut para pakar linguistik deskriptif bahasa sebagai “satu system lambing
bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian ditambahkan dengan “yang digunakan
oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri
(Chaer, 2009: 30).
Fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu adalah alat interaksi
social, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga
perasaan (Chaer,2009:33). Wardhaugh (1972) seorang pakar sosiolinguistik juga
mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan
maupun tulisan.
2.2.2. Definisi
perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa atau akuisisi bahasa
adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2009:167).
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan perkembangan
bahasa anak. Perkembangan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang
sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa perkembangan
bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk
bahasanya. Perkembangan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri
kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan
satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Ada dua pengertian
mengenai perkembangan bahasa. Pertama, perkembangan bahasa mempunyai permulaan yang
mendadak, tiba-tiba. Kedua, perkembangan bahasa memiliki suatu permulaan yang
gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif
pralinguistik.
2.3. Perkembangan Bahasa anak
2.3.1. Tahap Perkembangan
Artikulasi
Dilalui
seorang bayi melalui rangkaian tahap berikut: bunyi resonansi, bunyi berkedut,
bunyi berleter, bunyi berleter ulang, bunyi vocabel (Chaer, 2009:230).
Jika Chaer
menyebutnya tahap perkembangan artikulasi, Tarigan (1986: 263) menyebut tahap
ini adalah tahap meraban (pralinguistik) pertama, dimana pada tahap ini selama
bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendeguk, menjerit
dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin
dibuat. Banyak pengamat yang telah menamai ini sebagai tahap bayi menghasilkan
segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia.
2.3.2. Tahap Perkembangan
Kata dan Kalimat
Perkembangan
ini dikuasai secara berjenjang dan dalam jangka waktu tertentu, tahap tersebut
meliputi: kata pertama, kalimat satu kata, kalimat dua kata, kalimat lebih
lanjut(Chaer, 2009:234) .
Tarigan
(1986:264) menyebutkan tahap ini dengan istilah tahap meraban (pralinguistik)
kedua, tahap ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap tanpa makna. Bayi tidak
menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah
mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
2.3.3. Tahap Menjelang
Sekolah
Yang
dimaksudkan di sini adalah adalah menjelang sekolah anak masuk sekolah dasar;
yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun (Chaer, 2009:237).
Tarigan
(1986: 267) dalam buku psikolinguistik, menyebutkan istilah ini dengan nama
tahap tata bahasa menjelang sekola, pada tahap ini bayi mulai menyusun
struktur-struktur tata bahasa yang lebih rumit, banyak diantaranya yang
melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi,
relativisasi, dan konjungsi.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak terkait
dalam proses belajar berbicara seorang anak (Ari Dwijaya dalam Hurlock 1995),
diantaranya:
a.
Kesehatan
b.
Kecerdasan
c.
Keadaan
social ekonomi
d.
Jenis
kelamin
e.
Keinginan
berkomunikasi
f.
Dorongan
g.
Ukuran
keluarga
h.
Urutan
Kelahiran
i.
Metode
pelatihan anak
j.
Kelahiran
kembar
k.
Hubungan
dengan teman sebaya
l.
Kepribadian
BAB
III
METODE PENELITIAN
Metode
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
dijelaskan bahwa Metode adalah cara yang teratur dan terarah baik-baik untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, metode yang relevan dengan suatu kegiatan
akan menunjang keberhasilan suatu penelitian. Metode kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini bertujuan untuk mencari data secara merata dari anak untuk mengetahui tingkat perkembangannya. Untuk
mengetahui bagaimana peran ibu dalam menstimulasi tingkat perkembangan bahasa
anak.
3.1. Rancangan Penelitian
- Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
hal ini adalah penelitian kuantitatif, yakni data berupa angka-angka. Menghitungnya
dengan statistik sederhana.
Alasan menggunakan jenis penelitian tersebut karena
penelitian kuantitatif merupakan penelitian
dengan penghitungan angka-angka, dan bertujuan untuk mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya, sebagai upaya untuk pengambilan kesimpulan yang tepat dan
mantap (Arikunto, 2010:25)
- Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
interaktif yakni adanya interaksi langsung antara peneliti dengan subyek.
3.2. Sumber data dan data penelitian
3.2.1.
Sumber
data
- Seluruh ibu yang mempunyai anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
- Seluruh anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
3.2.2.
Populasi
Peneliti
mengambil populasi yaitu seluruh ibu yang mempunyai anak usia batita dan
seluruh anak yang berusia batita di desa Bumirejo. Yang telah diperoleh dari
data yakni berjumlah 80 ibu dan 80 anak.
3.2.3.
Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
dengan teknik acak. Berdasarkan teknik tersebut, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini berjumlah 45 ibu yang mempunyai anak usia batita yang di ambil
dari populasi yang berjumlah 80 anak.
3.2.4.
Teknik
sampling: pengambilan sampel yakni dengan teknik probabilitas, yaitu random
sampling (teknik acak) dengan cara tradisional.
3.3. Teknik pengumpulan data
1)
Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan
dengan teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu.
2)
Wawancara
Wawancara merupakan
teknik pengeumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan
responden. Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari ibu tentang bagaimana stimulasi yang ia terapkan.
3)
Angket
/ Kuesioner
Angket
adalah sebuah alat ukur yang
berupa butir-butir pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian
yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh
informasi di lapangan (Arifin, 2010:97).
3.4. Instrumen Penelitian
1) Observasi
Melakukan observasi, dan mencatatnya dalam bentuk lembaran.
2) Wawancara
Dengan menyiapkan lembar wawancara.
3) Angket/ kuesioner
Menyebarkan angket, yang sebelumnya telah disusun secara sistematis,
sesuai dengan masalah penelitian.
3.5. Analisis Data
Setelah
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memproses data kemudian menganalisis
data. Setelah semua terkumpul selanjutnya menganalisis data tersebut guna
mengetahui hasilnya. Mengingat data yang dikumpulkan berupa angka-angka maka
pendekatan yang digunakan adalah statistik inferensial. Yang fungsinya untuk
menentukan hasil kesimpulan dari data sampel disimpulkan pula berlaku untuk
semua populasi (Arifin, 2010:114).
Karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau menemukan ada atau tidaknya
hubungan antara kedua variabel, maka analisis data yang digunakan adalah
analisis data penelitian korelasi dengan rumus korelasi tata jenjang (rank diference correlation) yang
berfungsi untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan data
dari gejala yang ordinal atau tata jenjang (yang diukur dengan skala ordinal)
(Arifin, 2010: 117).
Rumus Spearman :
6
∑ D2
rhoxy = 1–
N
(n2 – 1)
Rho = koefisien korelasi tata jenjang
D = Difference (beda antara jenjang
setiap objek
N = banyaknya subjek
3.5. Langkah-langkah perencanaan
tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1)
Permohonan izin kepada lembaga
posyandu dan para ibu yang mempunyai anak usia batita yang akan dijadikan objek
penelitian.
2)
Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data.
3) Menyiapkan instrumen untuk
pengumpul data yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian :(Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka
Cipta.
Arifin, Zainal. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:(Filosofi, Teori dan Aplikasinya).
Surabaya: Lentera Cendikia.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Hastuti.
2012. Psikologi Perkembangan Anak.
Yogyakarta: Tugu Publisher.
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Junaidi, Wawan, 2010, Macam-Macam Stimulasi (online) (http://wawan-junaidi.blogspot.com
), diakses tanggal 10 Januari 2012.
Olivia, Femi & Ariani, Lita. 2012. Menstimulasi Otak Anak dengan Stimulai
Auditori. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan
SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sudjana, Nana. 2011. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah, Skripsi,Tesis, Disertasi). Bandung: Sinar Baru Algensido.
Sugianto, Mikael. 2010. Seri Belajar Cepat SPSS 18. Semarang: Andi Yogjakarta.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono & Partana, Paina. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Segala Aspeknya). Jakarta:
Kencana.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa
___. 2009.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:
Departemen Kesehatan.
___. ___. Statistik itu
Mudah: Panduan Lengkap untuk belajar komputasi Statisti Menggunakan SPSS 16.