Aku harus bagaimana?


Jika suatu saat aku merindukan terbaring di pangkuanmu
Dengan dendangan lagu yang sering  engkau nyanyikan
Sampai aku tertidur dikala waktu aku kecil dulu.
Aku harus bagaimana?
Dikala pagi nanti aku terbangun sendiri
 tak lagi mendengar suaramu
yang membangungkanku
Disaat itulah aku juga merasa kosong
Di ibaratkan bunga matahari yang tak akan lagi menerima cahaya mentari
Yang tak akan mekar walaupun setiap harinya disiram dengan air embun.
Sebenarnya, setiap hari kulantunkan do’a agar di setiap aku terbangun
Hanya bisa melihat senyummu Ibu
 Senyum yang tergambar di wajahmu
Membuatku merasa bahagia di hari-hariku.
Dulu sampai sekarang hati ini sering bertanya-tanya,
Apakah sudah cukup? jika aku memberikan semua keperluanmu?
Apakah cukup? Jika setiap hari aku membasuh kakimu?
Apakah engaku merasa bangga jika aku mampu berdiri tegak di hadapan orang-orang dan membuatmu bangga dan Menjujung tinggi namamu?
Aku rasa tidak! Entah dengan apa aku membalas semua yang kau berikan?
Tanganmu begitu lembut yang mengalahkan kelembutan kain sutra
Kau kotorkan demi suatu harapan yang engkau dambakan
Keteguhanmu mendidikku,memanjakanku,merawatku
Sampai kau tak mampu lagi memijakkan kakimu di tanah.
Matamu yang dulu tajam
Sekarang mulai pupus.
Ibu,
Do’a yang kau ucapkan
Hanya untuk keselamatanku
Ibu,
Aku sebagai orang yang kau selamatkan
Merasa tak hidup jika kumembuat ibu merasakan sakit
Apalagi, sampai –sampai engkau meneteskan air mata karena ulahku.
Engkau pernah berbohong ibu,
Engkau mengatakan bahwa engkau sudah makan. Padahal kenyataannya  makanan yang akan kita makan tak cukup untuk kita berdua, itu demi aku ibu!
Engkau rela menahan dinginnya malam, memberikanku selimut agar kutetap hangat
Aku tahu ibu dan turut merasakan hatimu begitu tegar.
 tangisanmu tertahankan karena ingin membuatku tersenyum.
Jika esok hari aku tak lagi melihat senyummu ibu, aku harus bagaimana?

BAHASA ANAK USIA BATITA



PENGARUH STIMULASI IBU TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA BATITA
DI DESA BUMIREJO KECAMATAN KEPOHBARU
KABUPATEN BOJONEGORO

PROPOSAL SKRIPSI 
Oleh
BISARUL IHSAN

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Ada tiga pandangan yang telah dikemukakan oleh para pakar, yakni pandangan nativisme, pandangan behaviorisme dan pandangan kognitivisme (Chaer, 2009: 221). Namun penulis menganut pandangan behaviorisme, karena kaum behaviorisme menekankan proses perkembangan bahasa pertama dikendalikan dari luar si anak, yakni oleh rangsangan (stimulus) yang diberikan melalui lingkungan (Chaer, 2009:222).
Kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak (Chaer, 2009:223).
Tahap perkembangan bahasa bayi dibagi menjadi dua, yaitu Tahap perkembangan artikulasi dan tahap perkembangan kata dan kalimat (Chaer, 2009:230). Bayi sangat memiliki hubungan erat terhadap ibunya. Sehingga apapun yang dilakukan ibu akan berdampak pada perkembangan si bayi. Pada dasarnya seseorang hanya sadar jika anaknya sudah bisa berbicara, namun pada kenyataannya banyak yang belum mengerti apakah stimulasi yang ia terapkan terhadap anak sudah cocok dan dapat memacu si anak agar cepat dalam berbicara.
Cara merangsang bicara anak adalah dengan mengajak si anak berbicara sesering mungkin, mengajak bernyanyi, dan membacakan cerita anak (Depkes, 2009:44). Dengan begitu anak bisa terangsang daya pikirnya sehingga memicu tingkat perkembangan bahasanya.
Penelitian  ini berupaya menyajikan sebuah stimulasi ibu terhadap anak. Stimulasi yang kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan tahap perkembangan anak akan menciptakan interaksi dan situasi komunikasi yang memberi kontribusi positif terhadap keterampilan berbahasa anak
Hal ini perlu dipikirkan oleh para ibu karena kecepatan berkomunikasi akan berpengaruh pula terhadap tingkat perkembangan yang lain, seperti berhitung, menyebutkan warna, dan menyebutkan gambar. Jika anak cepat dalam berkomunikasi ia juga akan lebih terampil dalam bergaul dengan teman seusianya.
Stimulasi yang baik memang patut untuk diterapkan kepada anak, sejak anak masih berusia dini sampai dewasa nanti. Pada periode batita anak harus diajak berkomunikasi secara terus menerus, karena di usia ini anak sudah pandai dalam menerima stimulasi ibu, juga responnya lebih cepat dalam menangkap perkataan ibu.
Banyak penelitian-penelitian mengenai perkembangan bahasa yang sudah dilakukan, namun hanya sebatas mengukur tingkat perkembangan bahasa si anak saja, bukan mengetahui apakah stimulasi ibu ada kaitanya dengan perkembangan bahasa anak tersebut.
Maka dari itu penelitian ini akan membahas tentang bagaimana bentuk stimulasi ibu, bagaimana bentuk perkembangan bahasa anak dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh stimulasi ibu terhadap tingkat perkembangan bahasa anak pada usia batita.
Melihat hal tersebut akhirnya penulis berkeinginan untuk mengetahui apakah stimulasi ibu memiliki peranan terhadap tingkat perkembangan bahasa anak, dan menamakan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Stimulasi Ibu Terhadap Tingkat Perkembangan Bahasa Anak Usia Batita di Desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.”       
                                                            
1.2. Rumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti kemukakan dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana bentuk stimulasi ibu terhadap tingkat perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?
2.      Bagaimana bentuk perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?
3.      Bagaimana pengaruh stimulasi ibu terhadap tingkat perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro?

1.3. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusana masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan bentuk stimulasi  ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
2.      Mendeskripsikan bentuk perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
3.      Mendeskripsikan pengaruh stimulasi ibu terhadap perkembangan bahasa anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.


1.4. Manfaat penelitian
1.         Manfaat teoretis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan daya perkembangan bahasa anak.
2.         Manfaat praktis
1). Bagi Peneliti
Menambah wawasan baru dalam menerapkan stimulasi terhadap tingkat perkembangan bahasa anak.
2). Bagi ibu
Dapat meningkatkan peran dalam menstimulasi perkembangan bahasa anaknya.
3). Bagi Masyarakat
Dapat membantu dalam peningkatan stimulasi anak yang baik.
1.5. Definisi Operasional
1.  Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu.
2.      Perkembangan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya.
3.      Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, seperto orang, benda yang turut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
4.      Ibu adalah seorang yang melahirkan manusia (baru) serta mempunyai kewajiban mengasuh dan secara langsung memberi pengetahuan bahasa pada anak.
5.      Anak adalah belahan  jiwa atau anugerah yang secara khusu diberikan Tuhan kepada setiap ibu, dan merupakan amanah yang harus dirawat dan diasuh dengan baik.
       BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Stimulasi
2.1.1. Definisi Stimulasi
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu. Anak-anak yang mendapatkan stimulasi akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak-anak yang tidak atau kurang mendapatkan stimulasi.pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada awal perkembangan anak berada pada tahap sensorik motorik. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan memperhatikan aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri (Ari Dwijaya dalam Hurlock 1995).
2.1.2. Bentuk Stimulasi Ibu
Perkembangan bahasa termasuk didalam perkembangan intelektual atau dikenal juga sebagai perkembangan kognitif. Beberapa cara berikut ini yang dapat dilakukan untuk mendorong perkembangan intelektualitas anak sehingga perkembangan bahasa anak terutama pada usia batita akan lebih baik (Ari Dwijaya dalam Thompson 2003):
a.                           Pandanglah wajah anak saat kita berbicara dengannya dan gunakan kalimat yang singkat dan sederhana.
b.                           Dengarkan ketika ia sedang berbicara dan biarkan ia menyelesaikan kalimatnya.
c.                           Doronglah anak untuk bercakap-cakap dengan mainannya (boneka, robot dan lain sebagainya).
d.                          Ketika bepergian, jelaskan berbagai hal seperti: “ada mobil merah”, “burung bisa terbang”.
e.                           Lihatlah buku bersama-sama dan jelaskan perbuatan si karakter dalam buku tersebut.
f.                            Kembangkan yang diucapkan anak, misalnya anak berkata “kunci” katakana “kunci untuk membuka pintu” atau ketika anak berkata “hidung” katakana “hidung untuk mencium nak..”.
g.                           Dorong anak untuk mendengarkan bunyi yang terus menerus, misalnya menyalakan radio atau televisi sepanjang hari. Karena stimulasi auditory merupakan cara terjitu untuk membantu perkembangan mental dan emosional si kecil. Dan anak menjadi cepat dalam menangkap suatu perkataan lawan bicaranya (Olivia & Ariani, 2012:84). Acara radio dan televisi boleh dipakai untuk topik pembicaraan, tetapi tetap luangkan waktu tenang bersama si kecil dengan membacakan buku dan bercakap-cakap.
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan anak, misalnya: ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalan-jalan, bermain, menonton televisi, didalam kendaraan dan menjelang tidur (Hastuti, 2012:107).

2.2. Perkembangan bahasa
2.2.1. Definisi Bahasa
        Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Menurut para pakar linguistik deskriptif bahasa sebagai “satu system lambing bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian ditambahkan dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2009: 30).
        Fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu adalah alat interaksi social, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer,2009:33). Wardhaugh (1972) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.
2.2.2. Definisi perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2009:167).
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan  lingkungannya secara verbal disebut dengan perkembangan bahasa anak. Perkembangan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa perkembangan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Perkembangan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Ada dua pengertian mengenai perkembangan bahasa. Pertama, perkembangan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, perkembangan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
            2.3. Perkembangan Bahasa anak
2.3.1. Tahap Perkembangan Artikulasi
Dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap berikut: bunyi resonansi, bunyi berkedut, bunyi berleter, bunyi berleter ulang, bunyi vocabel (Chaer, 2009:230).
Jika Chaer menyebutnya tahap perkembangan artikulasi, Tarigan (1986: 263) menyebut tahap ini adalah tahap meraban (pralinguistik) pertama, dimana pada tahap ini selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendeguk, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat. Banyak pengamat yang telah menamai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia.
2.3.2. Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
Perkembangan ini dikuasai secara berjenjang dan dalam jangka waktu tertentu, tahap tersebut meliputi: kata pertama, kalimat satu kata, kalimat dua kata, kalimat lebih lanjut(Chaer, 2009:234) .
Tarigan (1986:264) menyebutkan tahap ini dengan istilah tahap meraban (pralinguistik) kedua, tahap ini disebut juga tahap omong-kosong, tahap tanpa makna. Bayi tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
2.3.3. Tahap Menjelang Sekolah
Yang dimaksudkan di sini adalah adalah menjelang sekolah anak masuk sekolah dasar; yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun (Chaer, 2009:237).
Tarigan (1986: 267) dalam buku psikolinguistik, menyebutkan istilah ini dengan nama tahap tata bahasa menjelang sekola, pada tahap ini bayi mulai menyusun struktur-struktur tata bahasa yang lebih rumit, banyak diantaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativisasi, dan konjungsi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar berbicara seorang anak (Ari Dwijaya dalam Hurlock 1995), diantaranya:
a.       Kesehatan
b.      Kecerdasan
c.       Keadaan social ekonomi
d.      Jenis kelamin
e.       Keinginan berkomunikasi
f.       Dorongan
g.      Ukuran keluarga
h.      Urutan Kelahiran
i.        Metode pelatihan anak
j.        Kelahiran kembar
k.      Hubungan dengan teman sebaya
l.        Kepribadian
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa Metode adalah cara yang teratur dan terarah baik-baik untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, metode yang relevan dengan suatu kegiatan akan menunjang keberhasilan suatu penelitian. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari data secara merata dari anak untuk mengetahui tingkat perkembangannya. Untuk mengetahui bagaimana peran ibu dalam menstimulasi tingkat perkembangan bahasa anak.
3.1. Rancangan Penelitian
- Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah penelitian kuantitatif, yakni data berupa angka-angka. Menghitungnya dengan statistik sederhana.
Alasan menggunakan jenis penelitian tersebut karena penelitian kuantitatif merupakan  penelitian dengan penghitungan angka-angka, dan bertujuan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, sebagai upaya untuk pengambilan kesimpulan yang tepat dan mantap (Arikunto, 2010:25)
- Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interaktif yakni adanya interaksi langsung antara peneliti dengan subyek.
3.2. Sumber data dan data penelitian
3.2.1.      Sumber data    
- Seluruh ibu yang mempunyai anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
- Seluruh anak usia batita di desa Bumirejo Kecamatan Kepohbaru kabupaten Bojonegoro.
3.2.2.      Populasi
Peneliti mengambil populasi yaitu seluruh ibu yang mempunyai anak usia batita dan seluruh anak yang berusia batita di desa Bumirejo. Yang telah diperoleh dari data yakni berjumlah 80 ibu dan 80 anak.
3.2.3.      Sampel 
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik acak. Berdasarkan teknik tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 ibu yang mempunyai anak usia batita yang di ambil dari populasi yang berjumlah 80 anak.
3.2.4.      Teknik sampling: pengambilan sampel yakni dengan teknik probabilitas, yaitu random sampling (teknik acak) dengan cara tradisional.
3.3. Teknik pengumpulan data
1) Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu.
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengeumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden. Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari ibu tentang bagaimana stimulasi yang ia terapkan.
3) Angket / Kuesioner
Angket adalah sebuah alat ukur yang berupa butir-butir pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan (Arifin, 2010:97).
3.4. Instrumen Penelitian
1)      Observasi
Melakukan observasi, dan mencatatnya dalam bentuk lembaran.
2)      Wawancara
Dengan menyiapkan lembar wawancara.
3)      Angket/ kuesioner
Menyebarkan angket, yang sebelumnya telah disusun secara sistematis, sesuai dengan masalah penelitian.
3.5. Analisis Data
Setelah merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, memproses data kemudian menganalisis data. Setelah semua terkumpul selanjutnya menganalisis data tersebut guna mengetahui hasilnya. Mengingat data yang dikumpulkan berupa angka-angka maka pendekatan yang digunakan adalah statistik inferensial. Yang fungsinya untuk menentukan hasil kesimpulan dari data sampel disimpulkan pula berlaku untuk semua populasi (Arifin, 2010:114).
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau menemukan ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel, maka analisis data yang digunakan adalah analisis data penelitian korelasi dengan rumus korelasi tata jenjang (rank diference correlation) yang berfungsi untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan data dari gejala yang ordinal atau tata jenjang (yang diukur dengan skala ordinal) (Arifin, 2010: 117).


Rumus Spearman :
                        6 ∑ D2
rhoxy = 1–
                   N (n2 – 1)
Keterangan:
Rho     = koefisien korelasi tata jenjang
D         = Difference (beda antara jenjang setiap objek
N         = banyaknya subjek
3.5. Langkah-langkah perencanaan tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Permohonan izin kepada lembaga posyandu dan para ibu yang mempunyai anak usia batita yang akan dijadikan objek penelitian.
2) Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data.
3) Menyiapkan instrumen untuk pengumpul data yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan.









DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian :(Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, Zainal. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:(Filosofi, Teori dan Aplikasinya). Surabaya: Lentera Cendikia.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Penerbit Rineka    Cipta.
Dwijaya, Ari.__. Perkembangan Bahasa & Stimulasi Bahasa (online) (http://jtptunimus-gdl-aridwijaya-5204-3-bab2), diakses tanggal 28 Maret 2012.
Fitriyani, Popi. 2008. Jenis-jenis Stimulasi Orangtua (online) (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2245272-jenis-pola-asuh-orang-tua/#ixzz0JZhP7jcT), diakses tanggal 4 Pebruari 2012.
Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Junaidi, Wawan, 2010, Macam-Macam Stimulasi (online) (http://wawan-junaidi.blogspot.com ), diakses tanggal 10 Januari 2012.
Olivia, Femi & Ariani, Lita. 2012. Menstimulasi Otak Anak dengan Stimulai Auditori. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sudjana, Nana. 2011. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah, Skripsi,Tesis,  Disertasi). Bandung: Sinar Baru Algensido.
Sugianto, Mikael. 2010. Seri Belajar Cepat SPSS 18. Semarang: Andi Yogjakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif  Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono & Partana, Paina. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka         Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Segala Aspeknya). Jakarta: Kencana.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa
___. 2009.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta: Departemen Kesehatan.
___. ___. Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk belajar komputasi Statisti Menggunakan SPSS 16.